Responsive image
on 03 September 2019 22:20:19
  • Semarang

Pada hari Sabtu, 31 Agustus 2019 telah diadakan pengukuhan guru besar Patologi Klinik Universitas Diponegoro Semarang yaitu Prof. Dr. dr. Banundari Rachmawati, SpPK(K) di Gedung Soedarto Universitas Diponegoro Tembalang Sembarang. Pidato pengukuhan beliau berjudul “Pemeriksaan Homocysteine Serum sebagai salah satu Upaya Pencegahan Penyakit Degeneratif”.

Prof. Dr. dr. Banundari Rachmawati, SpPK(K) menyampaikan bahwa usia harapan hidup di Indonesia pada tahun 1999-2016 meningkat 8 tahunlaki laki meningkat 7,4 tahun dan wanita 8,7 tahun. Jumlah penduduk usia lanjut meningkat  menjadi 12% (tahun 2025). Tiga besar penyebab kematian tertinggi di Indonesia tahun 2016 adalah penyakit jantung iskemik, stroke dan DM, ketiganya merupakan penyakit tidak menular/degeneratif yang sering dikaitkan dengan proses penuaan. Pasien dapat hidup bertahun-tahun dengan penyakitnya sehingga membutuhkan biaya kesehatan yang besar dan menjadi beban utama masalah kesehatan. Indonesia saat ini sedang mengalami double burden penyakit, yaitu penyakit tidak menular dan penyakit menular terjadi sekaligus. 

Selain itu disampaikan juga oleh Prof. Dr. dr. Banundari Rachmawati, SpPK(K) bahwa berdasarkan Riskesdas tahun 2018 prevalensi hipertensi, stroke, DM, CVD, CKD, meningkat dibandingkan Riskesdas 2013. Kasus hemodialisis meningkat tiap tahun sehingga membutuhkan biaya sangat besar dan menurunkan sumber daya manusia. Faktor risiko penyakit tidak  menular ada yang tidak dapat dikendalikan dan ada yang dapat dikendalikan seperti misalnya kadar homocysteine (Hcy) dan obesitas. Faktor risiko penyakit degeneratif yang dapat diperbaiki menurut WHO ada 4 yang utama yaitu inaktifitas fisik, merokok, alkohol dan diit yang tidak sehat seperti konsumsi garam, buah dan sayur, lemak yang tidak semestinya, konsumsi gula berlebihan, pemakaian pemanis buatan, konsumsi serat yang kurang. Disamping itu juga  sosial ekonomi yang rendah, stres psikologik.

Penelitian menunjukkan kadar Hcy yang meningkat merupakan faktor risiko independen untuk kejadian pengerasan arteri, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit pembuluh darah perifer dan kondisi lain yang terkait dengan pembekuan darah abnormal, osteoporosis, penyakit Alzheimer, multiple sclerosis, rheumatoid arthritis, aborsi spontan, abrupsi plasenta, gagal ginjal, dan DM tipe 2. Upaya pencegahan penyakit degeneratif sudah diterapkan di banyak negara maju, diantaranya adalah skrining terhadap beberapa penyakit termasuk pemeriksaan Hcy untuk mengetahui status Hcy seseorang. Skrining dilakukan pada individu dengan risiko tinggi terhadap penyakit degeneratif dan defisiensi vitamin B12 atau folic acid. Saat ini pemeriksaan Hcy sudah banyak dilakukan dengan berbagai merek reagen dan metoda pemeriksaan yang dapat dilakukan di Indonesia bahkan di tingkat Puskesmas jika tersedia alatnya. Harga per tes pemeriksaan Hcy masih relatif mahal namun jika jumlah pemeriksaan banyak, harga akan dapat ditekan. Berdasarkan manfaat yang sangat besar, perlu dipertimbangkan pemeriksaan Hcy dalam skala luas.

Bila hasil skrining kadar Hcy tinggi, Prof. Dr. dr. Banundari Rachmawati, SpPK(K) menyampaikan dapat diberikan terapi dengan folate (folic acid) dan vitamin B12 yang murah dan mudah, aman sehingga efek jangka panjang dapat dihindarkan. Upaya preventif dan promotif jauh lebih murah dibandingkan biaya pengobatan dan rehabilitasi. Alternatif lain suplementasi folic Acid cukup murah dan merupakan cara yang efektif untuk menurunkan kadar Hcy plasma. Apabila uji coba dalam skala besar pada populasi risiko tinggi menunjukkan bahwa suplementasi folic acid dan vitamin B12 menurunkan kadar Hcy maka skrining Hcy dapat dipakai sebagai strategi untuk menurunkan risiko kejadian vaskular yang aman pada masyarakat, namun demikian tetap harus dilakukan kajian manfaat dan risikonya. 

Selamat untuk pengukuhan Prof. Dr. dr. Banundari Rachmawati, SpPK(K) semoga ilmunya bermanfaat bagi nusa, bangsa dan agama, terutama PDSPatKLIn kita tercinta.








 



(MI Diah P - Bidang Infokom PDSPatKLIn)